Ketika apa yang ku rasakan menjadi sebuah pikiran dan ketika apa yang ku pikirkan menjadi sebuah tulisan - Finansia Fahmi
   

(¯`*•.¸,¤°´`°¤,¸.•*´¯)

Minggu, 28 Desember 2014

Menyerah Juga Perlu Persiapan

Menyerah selalu memaksaku untuk tetap berdiri melawan tamparan-tamparan yang berasal dari diri sendiri. Ketika aku berjanji pada diri sendiri untuk segera pergi dan melupakan, pikiran ini adalah satu-satunya tempat yang selalu mengingatkan kemudian menyuruh pulang. Hey, ada apa dengan logika dan hati ? Selalu saja begini. Keadaan kadang menguatkan, membuka jalan dan mengantarkan pada ketenangan. Aku hanya bisa percaya padanya, karena ia selalu jujur pada kenyataan. Tetap saja aku terlalu mencintaimu hingga hatiku sulit untuk melepasnya. Tapi sayang, kau tidak pernah tau dan tidak mau tau itu. Ini bukan tentang cinta yang mengharuskanmu memberi seluruhnya. Tetapi tentang cinta yang mampu menghargai seutuhnya. Maaf, jika aku lagi dan lagi keras kepala dalam hal cinta. Tapi sungguh, ini bukan jalan yang aku mau. Pukulan-pukulan hati terhadap logika belum bisa mampu mengubah keputus asaanku. Iya, logika menang kali ini. Hati ? Akan terbiasa mengobati lukanya sendiri. Menang bukan berarti pemenang. Tetaplah menjadi suka dalam setiap duka. Karena hati selalu memeluk suka ketika duka memeluk logika.

-Finansia Fahmi-

Senin, 06 Oktober 2014

Senyuman di Ujung Senja

Senja,
Langit selalu memberimu kesempatan untuk menunjukkan cintamu
Tidak ada yang lebih indah dari pengorbananmu menunggu waktu untuk bahagia
Bukankah setiap senja selalu lebih bahagia ketika tiba ?
Apa yang kau lakukan ketika sedang menunggu waktunya tiba ?
Ajari aku menunggu kemudian bahagia seperti yang kau tunjukkan pada duina
Entah, aku begitu mengagumi sosokmu
Sosok yang hampir tak pernah bisa aku peluk
Mungkin, senyuman bisa menghargai keberadaanmu disana

Minggu, 28 September 2014

Benci, juga kecewa!

Hati tidak pernah terletak pada apa yang terpikirkan logika
Dan logika tidak pernah mau mengerti apa yang sudah mati-matian dijelaskan oleh hati
Kalau sudah begini, harus apalagi ?
Berjalan mundur kadang menjadi jawaban terbaik daripada harus berlari tetapi tak tau arah
Karena terkadang kita menjauh bukan karena benci tetapi karena teramat kecewa pada diri sendiri

Senin, 12 Mei 2014

Senyuman Dalam Nafas Panjang

Menghela nafas panjang..
Ini satu-satunya cara agar aku dapat menahan ratusan butir air mata yang memaksa keluar didepan orang yang aku sayang. Ini seperti bertaruh nyawa pada nafas yang bisa kapan saja berhenti. Sesak ? Sangat amat. Tapi ini juga menyenangkan. Setidaknya, ia tidak melihat kalau perempuan yang didepannya sedang amat sangat lemah.
Mengukir senyuman..
Ini juga satu-satunya cara agar aku dapat terlihat baik-baik saja. Bukan menutupi, hanya saja aku sedikit menepisnya. Apa yang lebih indah dari mengukir senyuman, ketika hati yang sedang dipukuli bogem-bogem kesakitan menahan sesak yang kemudian berjuang untuk menenangkan diri ? Aku pikir tidak ada kesedihan yang patut ditunjukkan.
Luka ku ada disetiap inci tubuh ku. Sangat sedikit kemungkinan ku untuk tidak merasakan kesakitan seperti ini. Pilih saja, bagian mana yang kau suka untuk membiarkan ku mengemis-ngemis meminta belas kasihanmu. Dan setelah itu, biarkan aku merapihkan apa yang telah kau buat berantakan. Mungkin tidak bisa sempurna, setidaknya kau bisa bahagia.

Jumat, 14 Maret 2014

Biar Aku Tanggung Sendiri

Entah sudah berapa kali aku mengecewakan Tuhan dan juga diriku sendiri
Ini lebih menyakitkan dari mencekik leher sendiri
Sudah berulang kali aku meminta maaf tetapi tetap saja aku merasa sangat hina
Iya, aku hina karena telah mengundang kecewa
Seperti membuat luka pada kerongkongan sendiri
Tak bisa bicara lagi
Pandangan mati
Dan kecewa itu harus ditanggung sendiri

Rabu, 22 Januari 2014

Datang Lagi


Ketika kau sudah tidak memperdulikan ia yang memberimu banyak cinta dan tawa
Ketika kau telah mengecewakan seseorang yang tulus menyakiti dirinya sendiri karena senyummu
Ketika kau telah meninggalkan orang yang pernah menunggumu begitu lama
Sampai akhirnya ia pergi dari detik-detik kelukaannya
Mengurai air matanya di sepanjang jalan yang dilaluinya
Entah mau kemana
Dan kau, tetap saja kau tak tau dan tak mau tau
Hingga ia menemukan yang memberinya banyak cinta dan tawa
Mendekap dengan tulus tanpa ada yang menyakiti
Memeluk yang selalu disisinya tanpa harus menunggu lama
Dan kau menyesal
Kemudian datang lagi
Namun sekali lagi, ini bukan salahmu
Semua orang pernah melakukan kesalahan
Dan ini kesalahan terbesarmu
Maaf, tapi tolong jangan pernah meminta untuk kembali
Karena tidak selamanya kita hidup dengan apa yang kita mau